Ketika Dunia Terlalu Ramai, Aku Menemukan Kedamaian di Situs Fomototo
Ketika Dunia Terlalu Ramai, Aku Menemukan Kedamaian di Situs Fomototo
Blog Article
Ada masa dalam hidup saya ketika scrolling terasa seperti pekerjaan utama.
Pagi hari dimulai bukan dengan kopi, tapi dengan notifikasi.
Malam ditutup bukan dengan doa, tapi dengan kebingungan:
“Apa aku cukup eksis hari ini di internet?”
Saya tidak sedang bercanda.
Di dunia yang serba cepat, penuh sorak-sorai pencitraan,
kadang… yang paling saya butuhkan justru adalah hening.
Perjumpaan Aneh dengan Situs Fomototo
Seorang teman mengirimkan tautan lewat chat, singkat saja:
“Kalau kamu capek jadi manusia digital, coba buka situs Fomototo.”
Tanpa ekspektasi, saya klik.
Tidak ada animasi mewah.
Tidak ada suara yang meledak-ledak.
Tidak ada pop-up minta email, minta klik, minta beli.
Hanya satu halaman sederhana.
Kosong.
Tenang.
Seperti ruang tunggu di ujung semesta digital.
Kenapa Hal Sederhana Itu Begitu Penting?
Saya sadar, kita hidup di era di mana situs dinilai dari seberapa cepat membuat kita “betah di dalamnya”.
Situs yang baik adalah yang bikin kita lupa waktu, lupa makan, lupa dunia nyata.
Tapi situs Fomototo tidak menawarkan pelarian.
Ia menawarkan kesadaran.
Kesadaran bahwa kita tak harus ikut lomba.
Kesadaran bahwa berhenti sejenak bukanlah kemunduran.
Di Mana Posisi Kita Sekarang?
Mungkin ini terdengar berlebihan.
Tapi saya pikir, situs seperti Fomototo bisa jadi tonggak perubahan cara kita hidup di internet.
Karena kadang, yang kita butuhkan bukan stimulasi… tapi keheningan yang memberi ruang untuk berpikir.
Penutup: Ruang Digital yang Menyembuhkan
Banyak situs berlomba-lomba jadi panggung.
Fomototo memilih jadi lorong.
Banyak situs memaksamu jadi tokoh utama.
Fomototo mempersilakanmu menjadi penonton — bahkan hanya untuk hidupmu sendiri.
Situs Fomototo mungkin tak viral.
Tapi ia adalah rumah kecil di tengah padang kebisingan digital.
Dan untuk saya,
rumah seperti itu jauh lebih berharga daripada semua trending topik yang datang dan pergi.